http://www.wallxite.com/images/thumbnailitems/Love-Wallpapers/love-wallpaper25.jpg color:#FF6699; background:url(http://dl.glitter-graphics.net/pub/590/590941r351ykwhz6.gif) ;background-repeat: repeat; text-decoration:underline; ♥ Julian Juan ♥

Kamis, 15 Januari 2015




kebesaran hati...


Sebenarnya sudah lama kita mendengar suara-suara itu.
Suara-suara dimana orang menyalahkan seseorang atas apa yang ia rasakan.
Suara-suara dimana orang menaif-naifkan seseorang hanya karena apa yang mereka pertahankan.

Apa yang salah dengan sebuah rasa? 
Hanya karena sudah tidak lagi berhubungankah lalu rasa itu menjadi sesuatu yang tidak pantas untuk terus ada?

Apa yang salah dengan sebuah rasa?
Hanya karena kita tertuju kepada orang yang tidak bersikap baik terhadap kita kah sehingga salah apabila rasa itu tetap ada?

Apa yang salah dengan sebuah rasa?
Hanya karena malu dihina kah sehingga muncul pula rasa malu untuk mengakui bahwa sayang dan peduli itu ada?

Apa yang salah dengan sebuah rasa? Apa yang salah dengan sebuah ketulusan? Apa yang salah dengan sebuah perjuangan?
APA???

Mungkin akan terbesit dipikiran kita, kalau memang tidak ada yang salah dengan semuanya, lalu kenapa sering juga terdengar nasehat untuk melepaskan sesuatu yang tidak lagi dapat dipertahankan. Menjadi tidak konsisten sepertinya, bukan?

Nanti, nanti dulu. Segala sesuatunya jangan diterima utuh. Mari kita lihat semuanya lebih jauh.

Kita masih sayang dan peduli dengan orang yang tidak lagi berhubungan dengan kita?
Kita masih sayang dan peduli dengan orang yang tidak bersikap baik dengan kita?
Kita masih sayang dan peduli dengan orang yang tidak memperdulikan kita?

Begitu?? Kalau memang iya, lalu kenapa? Apa salahnya????

KITA TIDAK PERLU MALU MENGAKUI APAPUN YANG KITA RASAKAN TERHADAP ORANG LAIN. 

Kenapa tidak perlu malu???
Karena adanya rasa itu adalah bukti bahwa kita bukanlah orang yang hanya bertahan pada sebuah kesempurnaan.
Karena adanya rasa itu adalah bukti bahwa kita adalah orang yang tidak hanya mencari senang namun juga mau bertahan dalam sebuah kekurangan.

Karena adanya rasa itu adalah bukti bahwa kekurangan tidaklah menjadi alasan untuk membenarkan sikap "meninggalkan". Kalau semua yang sudah tidak sesuai boleh langsung begitu saja ditinggalkan, lalu kenapa Tuhan ciptakan kata "berjuang" dan "bertahan"?

TAPI….. LAGI DAN LAGI KITA HARUS MELIHAT SEMUANYA LEBIH JAUH.

Memang tidak salah dengan apa yang kita rasakan, ASAL tidak merendahkan diri kita sendiri. Jangan kita mengurangi apa yang menjadi hak kita hanya karena rasa kita terhadap orang lain. Hak kita untuk bahagia, hak kita untuk menjadi diri sendiri, hak kita untuk mengenal orang lain, hak kita untuk mencoba banyak hal baru, hak kita untuk masih banyak hal lagi.

JANGAN JADIKAN RASA YANG MASIH DAN TETAP ADA ITU SEBAGAI PENGHENTI LANGKAH KITA.

Kalau memang rasa itu ada, biarkan saja. Asal langkah kaki ini terus kita ayunkan.
Kalau memang rasa itu ada, biarkan saja. Asal keyakinan bahwa segala sesuatu terjadi atas izinNYA. Dengan meyakini ini, tidak akan pernah kita menjadi pribadi yang menutup diri. Tidak akan pernah.

Tidak ada yang salah dengan sebuah rasa. Tidak ada yang salah untuk terus menyayangi orang yang dianggap tidak tepat sekalipun. Tidak ada yang salah untuk terus peduli kepada orang tidak bersikap baik terhadap kita. Itu bukan sebuah kenaifan, pun bukan sebuah kebodohan. Justru, itu adalah sesuatu yang patut dihargai karena itu bukti bahwa masih ada orang yang tidak hanya bertahan dalam senang dan kesempurnaan, namun juga mau bertahan dalam cobaan dan kekurangan. Sekali lagi...
TIDAK ADA YANG SALAH DENGAN KEBESARAN HATI UNTUK TETAP PEDULI DAN MENYAYANGI SESEORANG DENGAN SEGALA KEKURANGAN DAN KESALAHANNYA.

Kalau kita hanya menyayangi dan peduli seseorang hanya karena baiknya, itu artinya kita memberi dan mengharap kembali.
Berilah karena kita ingin memberi, bukan karena kita mengharap diberi kembali...