http://www.wallxite.com/images/thumbnailitems/Love-Wallpapers/love-wallpaper25.jpg color:#FF6699; background:url(http://dl.glitter-graphics.net/pub/590/590941r351ykwhz6.gif) ;background-repeat: repeat; text-decoration:underline; ♥ Julian Juan ♥

Sabtu, 08 November 2014



Sekarang usiaku 22 tahun. Diusia yang menurutku sudah sangat pantas bertanggung jawab atas diriku sendiri. Terpintas dibenak, apa tujuan hidupmu? Terutama tujuan hidupmu sebagai seorang wanita?.... 

Tentunya manusia di dunia ini punya banyak sekali mimpi, cita-cita yang menentukan tujuan hidupnya. Di post kali ini, aku akan lebih membahas dari presepsi seorang wanita, apakah tujuan hidup seorang wanita di dunia ini. Karena aku sendiri seorang hawa.

Mungkin di antara kalian ada yang ingin menjadi wanita karir, yang jalan karirnya sangatlah mulus, mempunyai uang yang banyak dan kaya raya. Bahkan ada wanita yang belum ingin menikah dan mengejar karirnya. Takut nanti kalau sudah menikah hidupnya akan terkekang karena harus mengabdi dan patuh terhadap suami, ada yang takut mengurus anak, takut kebebasannya hilang dan sebagainya.  

Tapi ada juga wanita yang mungkin tidak terlalu muluk-muluk keinginannya, seperti menjadi ibu rumah tangga, mengurus anak, dan mengabdi pada suaminya. Yang sepertinya memang tidak "WOW" dibanding wanita karir. Dan orang-orang kadang kurang menyadari dan menganggap ibu rumah tangga itu tidak hebat. Padahal menurutku, wanita seperti itu justru lebih hebat.

Dari dulu aku memimpikan menjadi seorang wanita yang menjadi pahlawan bagi keluarganya, suaminya dan juga anak-anaknya. Pahlawan dalam arti dia bisa menciptakan surga di telapak kakinya, membuat suami menjadi laki-laki yang hebat dan mendidik anak-anaknya menjadi seseorang yang hebat di dunia. 

Jangan dikira pekerjaan seorang ibu rumah tangga itu sepeleh, justru ibu rumah tangga lebih berat dibanding pekerjaan seorang sekretaris. Bayangkan dari pagi harus bangun lebih awal dibanding suami dan anak-anaknya, menyiapkan segala keperluan mereka, memasak, beres-beres rumah, menunggu anak dan suami pulang, melayani keperluan mereka kembali ketika sudah pulang, dan sebagainya. Aku pernah mendengar cerita begini, ada sepasang suami istri, yang istrinya bekerja sebagai ibu rumah tangga. Tiap hari dia hanya di rumah melayani kebutuhan rumah tangga. Sampai suatu saat si suami berkata, "Kamu kerjanya hanya di rumah, kamu nggak ngerasain gimana beratnya pekerjaanku di kantor." Sang istripun diam saja. Sampai besoknya ketika sang suami pulang, melihat keadaan rumah begitu berantakan tidak seperti biasa, anaknya yang masih balita dibiarkan menangis mengerang, meja makan kosong, pokoknya keadaan rumah sangat kacau. Lalu sang suami mencari sang istri, dia sedang bermain Playstation di kamarnya. "Hey istriku, apa yang kamu lakukan?!" tanya sang suami sedikit marah. "Kamu ingin tahu bukan apa pekerjaanku sehari-hari? Hari ini aku sedang libur bekerja, jadi aku bermain Playstation." Mendengar jawaban sang istri, sang suami pun sadar, ternyata tanpa tangan istrinya, rumahnya sangatlah kacau. Dan dia menyadari ternyata pekerjaan istrinya sangatlah luar biasa, bahkan mungkin dirinya tidak bisa mengerjakan itu semua.

Check my self, lebih baik menjadi seorang wanita yang sangat hebat di karir tapi dia (bukannya tidak bisa menjadi ibu rumah tangga yang baik) tapi kurang baik sebagai istri dan ibu yang hebat, atau menjadi wanita yang mungkin tidak terlalu hebat karirnya, tapi dia bisa menciptakan surga di mata Allah, karena dia bisa menjadi istri dan ibu yang hebat?
Karena tidak akan mungkin bisa hebat di keduanya, pasti ada satu yang dikorbankan, jika karir kita sangatlah tinggi. Kata seorang ibu, lebih sangat menyakitkan ketika anak kita sakit tapi kita tidak bisa menemaninya karena harus bekerja di kantor. Mungkin besok ketika aku sudah menjadi ibu, aku bisa merasakan bagaimana cinta seorang ibu kepada anak. 

 "Hey Ladies, kuasailah laki-laki yang menguasai dunia, bukan kamu yang menguasai dunia." Benar juga, di Al-Qur'an pun seorang wanita harus tetap dibawah pimpinan seorang lelaki. Tapi banyak yang bilang, "kan emansipasi wanita, wanita harus sederajat dengan laki-laki, Aisyah aja memimpin perang" Tapi perlu diingat Aisyah memimpin perang juga dibawah komando laki-laki.

Kalau mimpiku sendiri, aku ingin menjadi seorang istri yang baik untuk sang suami dan juga menjadi seorang ibu yang hebat untuk anak-anakku kelak, aku tidak perlu muluk-muluk harus menjadi wanita karir yang sangat hebat, mengejar duniawi yang tidak akan ada puasnya. Kalau aku mengejar karir, mungkin aku hanya terlahir sebagai wanita yang hebat di dunianya saja, tapi tidak bisa menciptakan surga di telapak kakiku. Tidak akan membekas apapun. Tapi aku akan hebat di karir rumah tanggaku, menuntut ilmu setinggi-tingginya untuk mendidik anak-anakku. Tidak terlalu muluk, aku hanya ingin mempunyai keluarga yang sakinah mawadah warohmah, bahagia, dapat mencukupi segala kebutuhan dan keinginan anak-anakku kelak. Sampai di hati anakku membekas "Mamaku adalah ibu yang paling hebat di dunia :)" bahkan ketika aku sudah tidak di dunia lagi.

Untungnya diriku mempunyai tujuan hidup 
Just simple, "Mempunyai sikap dan tata pola yang sederhana namun bahagia."

Tidak perlu harus kaya raya, tapi yang penting anak mau minta apa, kita bisa mengabulkannya, termasuk anak minta liburan ke Eropa :D hehe

Tidak ada yang lebih membahagiakan kecuali dapat selalu melewatkan momen-momen bahagia bersama orang-orang tersayang. Glamour, barang mewah, tinggal di luar negeri bahkan sampai uang, tidak bisa membeli itu semua. Karena sesulit apapun jalan yang kita pijak, semuanya dapat dilalui dengan tersenyum jika bersama orang-orang tersayang. Trust me :) Aku sudah pernah mencobanya..

Jadi lebih memilih manakah kamu? Ambisius menjadi wanita hebat di mata manusia atau wanita hebat di mata Allah? ;)